Open Close CD Rom dengan Delphi 7...


Cara Membuat Open Close CD Room dengan Delphi

        Delphi merupakan bahasa pemograman yang berbasis objek(OOP) dan sangat mudah untuk dipelajari. Dalam kesempatan ini saya coba mebuat sebuah aplikasi dari Delphi (Delphi 7) untuk membuka CD atau DVD Rom. Aplikasi ini memang sangat sederhana dan dengan kesederhanaannya mudah dipahami dan bisa bermanfaat buat belajar.

Sebelum dimulai jangan lupa berdoa dulu, supaya lebih berkah.Oke kita langsung aja
Buka Delphi dengan cara
Start/All
Program/Borland Delphi 7/Delphi 7.
Stelah Delphi terbuka masukkan komponen delphi seperti :
2 Bitbutton, action, list, xp manifest.
Setelah component tersebut dimasukkan langkah selanjutnya:
  1. Ketik "Uses MmSystem;" (tampa tanda petik) tepat di bawah tulisan "implentation"
  2. Ubah nama bitbutton 1 menjadi btnopenclose
  3. Ubah nama bitbutton 2 menjadi btnexit
  4. Ubah nama component menjadi : Actionlist
  5. Double clik component action list hingga muncul form action list
  6. Klik "New action list" 3x
  7. Action list pertama ganti namanya menjadi : ActionOpen
  8. Action list kedua ganti namanya menjadi : ActionClose
  9. Action list ketiga ganti namanya menjadi : ActionExit
  10. Double click pada ActionOpen dan masukkan kode berikut:
  11.         mcisendstring('set cdaudio door open wait',nil,0,Application.Handle');
            btnopenclose.Caption:='Close F3';
  12. Double click pada ActionClose dan ketikkan kode berikut:
  13.         mcisendstring('set cdaudio door closed wait',nil,0,Application.Handle);
            btnopenclose.Caption:='Open F2';
  14. Double click pada ActionExit dan ketikkan kode berikut:
  15.         Application.Terminate;
  16. Double click btnopenclose dan ketikkan kode berikut :
  17.         if btnopenclose.Caption='Open F2' then
            begin
            ActionOpenExecute(Self);
            end else
            begin
            ActionCloseExecute(Self);
            end;
  18. Double click btnexit dan ketikkan kode berikut :
  19.         ActionExitExecute(Self);
  20. Setelah semua langkah di krjakan maka periksa apakah ada yang salah dengan cara menekan tombol “Ctrl + F9”. Jika tidak ada kesalahan maka tekan “F9” untuk menjalankan aplikasi ini.
Semoga bermanfaat

Cara Hitung Umur dengan Delphi

Cara Menghitung Umur dengan Delphi

        Cara menghitung umur dengan menggunakan pemograman delphi, untung menghitung umur tidak harus dengan bahasa delphi bisa juga menggunakan bahasa pemograman lainnya seperti bahasa C dan C++ atau dengan Java atau juga bisa secara manual. Pada kesempatan kali ini saya sedikit akan berbagi tentang bagaimana caranya mengitung umur dengan menggunakan bahasa pemograman delphi, ini penting karena buat pengingat kita, supaya tidak merasa muda terus, sehingga lupa untuk menyaipkan bekal untuk diakherat nanti.
        Pada dasarnya cara menghitung umur adalah dengan mengurangkan tanggal dan tahun sekarang dengan tanggal dan tahun lahir, dengan cara ini juga kita bisa mengetahui sudah berapa lama kita menghirup oksigen di dunia ini. Pada kesempatan ini apabila ingin mengeceknya dengan menggunakan aplikasi yang bisa kita buat, karena sangat gampang hanya dengan beberapa menit saja kita sudah bisa memastikan umur kita sudah berapa tahun.
Untuk membuatnya ikuti langkah-langkah berikut ini:

  • Membuat sebuah project baru di delphi, kemudian design formnya seperti pada gambar di bawah ini:

  • Pada form diatas ada beberapa komponen yang dibutuhkan antara lain:
    5 Buah Label
    3 Buah edit text
    2 buah Button
  • Apabilah sudah maka selanjutnya buat Code programnnya, dengan cara kopy kode program dibawah ini kedalam form yang anda design sebelumnya.

  • unit Unit1;
    interface
    use
    Winapi.Windows, Winapi,Messages, System.SysUtils, System.Variants, System.Classes, Vcl.Graphics,Vcl.Controls, Vcl.Forms, Vcl.Dialogs, Vcl.StdCtrls;
    type
    TForm1 = class(TForm)
    Edit1: TEdit;
    Edit2: TEdit;
    Edit3: TEdit;
    Button1: TButton;
    Button2: TButton;
    Label1: TLabel;
    Label2: TLabel;
    Label3: TLabel;
    Label4: TLabel;
    Label5: TLabel;
    Label6: TLabel;
    procedure Button1Click(Sender: TObject);
    procedure Button2Click(Sender: TObject);
    procedure Edit2KeyPress(Sender: TObject; var Key: Char);
    procedure Edit3KeyPress(Sender: TObject; var Key: Char);
    private
    { Private declarations }
    public
    { Public declarations }
    end;
    var
    Form1: TForm1;
    implementation
    {$R *.dfm}
    procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);
    begin if not(edit2.Text <>'') or not(edit3.Text <>'') then
    begin
    Application.MessageBox('Masih Ada Data Yang Belum Di Isi, Cek Kembali !','Peringatan',
    mb_Ok + Mb_IconExclamation);
    edit2.SetFocus;
    exit;
    end;
    label1.Caption:=inttostr(strtoint(edit3.Text)-strtoint(edit2.Text))+' Tahun';
    end;
    procedure TForm1.Button2Click(Sender: TObject);
    begin
    edit1.Text:='';
    edit2.Text:='';
    edit3.Text:='';
    label1.Caption:='';
    end;
    procedure TForm1.Edit2KeyPress(Sender: TObject; var Key: Char);
    begin
    if not (key in['0'..'9', #8, #13, #32]) then
    begin
    key :=#0;
    MessageDlg('Tahun yang dimasukan harus angka !!!',mtError,[mbOK],0);
    edit2.Clear;
    edit2.SetFocus;
    end;
    end;
    procedure TForm1.Edit3KeyPress(Sender: TObject; var Key: Char);
    begin
    if not (key in['0'..'9', #8, #13, #32]) then
    begin
    key :=#0;
    MessageDlg('Tahun yang dimasukan harus angka !!!',mtError,[mbOK],0);
    edit3.Clear;
    edit3.SetFocus;
    end;
    end;
    end.
  • Apabila sudah selesai maka coba jalankan programnya dengan cara menekan f9/RUN. selanjutnya isi form nya denga data anda makan liaht hasilnya seperti apa.

  • Semoga berhasil..

    Sumber : http://www.uduymacal.com


    Cara membuat warna pada DBGrid di delphi

    Untuk memperindah View data pada DBGrid di Delphi kita dapat memberikan warna sesuai dengan data yang telah ditentukan dengan warna misalnya dengan warna biru, warna biru tersebut aka ada pada setiap recordnya. Caranya bagaimana, Pada event on DrawColumnCell dengan menambahkancode berikut:

    Procedure TFkaryawan.dbgkaryawanDrawColumnCell(Sender: TObject;const Rect: TRect; DataCol: Integer; Column: TColumn; State: TGridDrawState);
    var
    grid: TDBGrid;
    row : integer;
    begin
    grid:= sender as TDBGrid;
    row := grid.DataSource.DataSet.RecNo;
    if Odd(row) then grid.Canvas.Brush.Color := $00E1D7D5
    else
    grid.Canvas.Brush.Color := $00C0F1B1;
    grid.DefaultDrawColumnCell(Rect,DataCol,Column,State);
    end;
          Apabila anda ingin mengganti dengan field(kolom) yang lainnya, cara nya gampang tinggal mengganti tulisan "Salary" diatas dengan nama field yang anda inginkan beserta tipe datanya.
    Contoh:

    Table1.FieldByName('Continent').AsString = 'South America'

    Semoga bermanfaat untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

    Membuat warna record DBGRid pada ‘event mouse over’

          Berikut ini cara membuat warna pada record di DBGRid pada event mouse over yang berfungsi untuk mempercantik interface. Caranya cukup sederhana dan mudah difahami, Berikut langkah nya:
    1. Ketik “ type THackDBGrid = class(TDBGrid); ” tanpa tanda petik tepat di bawah “Uses” seperti gambar berikut :
    2. Ketikkan kode berikut pada DBGRid dalam event “OnDrawColumnCell”
    3. procedure TFcode.DBGridDrawColumnCell(Sender: TObject; const Rect: TRect;   DataCol: Integer; 
      Column: TColumn; 
      State: TGridDrawState);
       var    grid : TDBGrid;   
       row : integer; 
       begin  
       //Warna pada mouse move
      if (THackDBGrid(DBGrid).DataLink.ActiveRecord + 1 =    THackDBGrid(DBGrid).Row)  or (gdFocused in State) or (gdSelected in State)
       then  begin 
      DBGrid.Canvas.Brush.Color := clLime;
      DBGrid.Canvas.Font.Style := DBGrid.Canvas.Font.Style + [fsBold] + [fsItalic];    DBGrid.Canvas.Font.Color := clRed;   
      end; 
      //Warna berbeda pada DBGrid     grid := sender as TDBGrid;
      row := grid.DataSource.DataSet.RecNo;
      if Odd(row) then      grid.Canvas.Brush.Color := $00E1D7D5     else      grid.Canvas.Brush.Color := $00C0F1B1;
      grid.DefaultDrawColumnCell(Rect, DataCol, Column, State) ;  
      end; 
    4. Langkah takhir adalah ketik kode berikut pada DBGRid dalam event “OnMouseMove” :
    5. procedure TFcode.DBGridMouseMove(Sender: TObject; Shift: TShiftState;
      X,   Y: Integer); 
      var   gc: TGridCoord; begin   gc:= DBGrid.MouseCoord(x, y);   
      if (gc.X &gt; 0) AND (gc.Y &gt; 0) 
      then   begin 
      DBGrid.DataSource.DataSet.MoveBy (gc.Y - THackDBGrid(DBGrid).Row); 
      end; 
      end;

    Matematika Sedekah

    Matematika Sedekah

          Sedekah bukan saja sebagai ritual ibadah yang biasa dilakukan oleh kita sebagai muslim, namun sedekah bisa menjadi jalan bagi setiap permasalahan yang kita alami, mulai dari sakit, ujian, kesedihan, bahkan kesulitan ekonomi.
    “Bagaimana bisa?”

          Menurut Ustad Yusuf Mansur bahwa dengan sedekah itu, kita bisa memperoleh ampunan Allah, menutup kesalahan serta keburukan serta bisa mendatangkan ridho Allah. Intinya sederhana, barang siapa yang memberi maka dia akan dibalas oleh Alloh dengan berlipat-lipat. Karena Alloh SWT tidak pernah menyia-nyiakan hambanya telah mendekat kepada-Nya.
    “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan,..”(QS. Ali ‘Imran : 195).
    Berikut konsep “matematika“ sedekah Ustad Yusuf Mansur:
    1. Memberi 1 dibalas 10
    2. Misal kita memiliki Rp. 100.000, bila kita menyedekahkan sebagian dari uang tersebut maka perhitungannya matematika yang normal sebagai berikut: 100.000 – 10.000  = 90.000 Akan tetapi dengan konsep sedekah, matematikanya menjadi: 100.000 – 10.000  = 190.000
      100.000 – 30.000  = 370.000
      100.000 – 50.000  = 550.000
      100.000 – 70.000  = 730.000
      100.000 – 90.000  = 910.000
      100.000 – 100.000  = 1.000.000
      Kok bisa? Ya memang bisa, karena tiap-tiap uang yang kita sedekahkan akan dibalas 10x lipat dari nominal yang kita sedekahkan. Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
    3. Memberi 1 dibalas 700
    4. Misal kita memiliki Rp. 100.000, bila kita menyedekahkan sebagian dari uang tersebut maka perhitungan dengan konsep matematika sedekah sebagai berikut: 100.000 – 10.000  = 7.090.000
      100.000 – 30.000  = 21.070.000
      100.000 – 50.000  = 35.050.000
      100.000 – 70.000  = 49.030.000
      100.000 – 90.000  = 63.010.000
      100.000 – 100.000  = 70.000.000
      Sunggu luar biasa bukan. Ini bukan asal bicara, tapi Alloh yang sudah menjanjikan lewat firman-Nya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al Baqarah : 261) Masih kurang janji Alloh? Ini yang lebih dahsyat
    5. Memberi 1 dibalas Infinity (Tak Terhingga)
    6. Alloh SWT pemilik jagad raya ini, Alloh Maha Kuasa, Alloh Raja segala raja, dan Alloh Maha Pengasih dan Penyayang. “Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.”(QS. Al Faathir: 13).
            Semua yang Alloh kehendaki pasti terjadi,“Kun Fayakun”, “Jadilah maka jadilah”. Alloh saja sanggup menundukkan siang menjadi malam, mengubah malam menjadi siang, menghidup dan mematikan seseorang, apalagi Cuma untuk menyembuhkan penyakit, melunaskan hutang, meyelesaikan masalah, itu kecil bagi Alloh SWT.
             Mulai sekarang kita ber”azzam”, takkan kita biarkan kotak amal lewat begitu saja tanpa kita isi, takkan kita biarkan orang kelaparan tanpa kita beri makan, takkan kita tinggalkan anak-anak yatim tanpa kita beri kasih sayang. Semoga Alloh SWT memberi kemudahan kita untuk selalu berbuat baik dimanapun tempat dan kondisi kita berada, Aamiin
    Sumber : http://alizaka.blogspot.com/

    ILMU HATI (ILMU TAREKAT)

    Hati berperan sangat penting bagi manusia. sifat baik dan buruknya seseorang bisa ditentukan oleh hati, sebagaimana sabda Rasullah SAW:

    ...اَلاَوَاِنَّ فِى الْجَسَدِ مُدْغَةً اِذَاصَلُحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ آلآوَهِيَ الْقَلْبُ
    "Ingatlah bahwa di dalam tubuh ada segumpal dara, bila ia telah baik maka baiklah sekalian badan. Dan bila ia rusak, maka rusaklah sekalian badan. Dan bila ia rusak maka binasalah sekalian badan, itulah yang dikatakan hati".

    Demikianlah pentingnya peranan hati bagi manusia, oleh sebab itu manusia wajib menjaga kesucian hatinya. Adapun yang menjadi penyebab kotornya hati manusia itu adalah disebabkan berbagai penyakit yang terdapat padanya sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah:

    فِى قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ
    “Di dalam hati mereka ada penyakit”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)

    Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin terdapat 6666 ayat Al-Qur’an dan 6666 urat di dalam tubuh manusia, demikian halnya dengan hati manusia, ada 6666 penyakit di dalam hati manusia. Dari sekian banyak penyakit yang ada di dalam hati manusia, ada beberapa penyakit hati yang paling berbahaya, di antaranya: hawa nafsu, cinta dunia, loba, tamak, rakus, pemarah, pengiri, dendam, hasad, munafiq, ria, ujub, takabbur. Jadi bila tidak diobati, maka sambungan ayat mengatakan:

    فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا
    “Lalu ditambah Allah penyakitnya”. (Q.S. 2 Al-Baqarah: 10)

    Demikianlah bahayanya apabila manusia itu tidak segera membersihkan hatinya, maka Allah akan terus menambah penyakitnya. Oleh sebab itu kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu ia harus mensucikan hatinya sebagaimana firman Allah:

    قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّ
    “Beruntunglah orang yang mensucikan hatinya dan mengingat Tuhan-Nya, maka didirikannya sembanhyang”. (Q.S. 87 Al-A’la: 14-15)

    Dari penjelasan surah Al-A’la di ayat 14 dan 15 di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada tiga kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada manusia:

    1. Kewajiban Mensucikan Hati
    Di dalam surah Al-A’la ayat 14 Allah menyatakan bahwa orang-orang yang telah mensucikan hatinya sesungguhnya telah memperoleh keberuntungan. Lalu dibenak kita timbul beberapa pertanyaan:
    • Apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?
    • Bagaimana cara membersihkan hati?
    • Mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung?
    • Apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya?
    A.    Pertama, apa yang dimaksud dengan hati yang bersih? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin yang dimaksud dengan hati yang bersih yaitu tidak ada di dalam hati itu selain Allah. Artinya seseorang yang disebut hatinya bersih adalah orang yang senantiasa selalu mengingat Allah. Itulah sebabnya para sufi berkata:

    قَلْبُ الْمُؤْمِنِيْنَ بَيْتُ اللهُ
    “Hati orang mukmin itu adalah rumah Allah”.

    B.    Kedua, bagaimana cara membersihkan hati? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin satu-satunya cara membersihkan hati yaitu dengan mempelajari ilmu hati. Ilmu hati ini lazim disebut dengan beberapa nama di antaranya: ilmu batin, ilmu hakikat, ilmu tarekat. Menurutnya tujuan mempelajari ilmu hati adalah untuk mengenal Allah, sebab hati merupakan sarana yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dapat menyaksikan-Nya sebagaimana firman Allah:

    مَاكَذَبَ الْفُؤَادُ مَارَآى
    “Tidak dusta apa yang telah dilihat oleh mata hati”. (Q.S. An-Najm: 11)

    Jadi hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah. Apabila kita telah dapat mengenal Allah, barulah kita dapat mengingat-Nya. Dan mengingat Allah merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan hati sebagaimana Hadis Nabi:

    لِكُلِّ شَيْءٍ صَقَلَةٌ وَصَقَلَةُ الْقَلْبُ ذِكْرُاللهُ
    “Segala sesuatu ada alat pembersihnya dan alat pembersih hati yaitu mengingat Allah”.

    C. Ketiga, mengapa orang yang mensucikan hatinya disebut orang yang beruntung? Menurut Syekh Ahmad Arifin penyebab Allah menyebut orang-orang yang telah mensucikan hatinya sebagai orang-orang yang beruntung adalah disebabkan karena sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah. Menurut al-Ghazali hati manusia berfungsi sebagai cermin yang hanya bisa menangkap cahaya ghaib (Allah) apabila tida tertutup oleh kotoran-kotoran keduniaan. Sesungguhnya hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung.
    D.   Keempat, apa keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya? Menurut Syekh Muda Ahmad Arifin keuntungan yang diperoleh oleh orang yang telah mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Tuhannya. Itulah sebabnya Allah berfirman:

    قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّهَا
    “Beruntunglah orang yang telah mensucikan hatinya dan merugilah orang yang telah mengotorinya”. (Q.S. 91 As-Syamsi: 9-10)

    Itulah sebabnya pada ayat di atas Allah memuji orang-orang yang telah mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang telah mensucikan hatinya yang dapat mengenal Allah. Adapun orang-orang yang mengotorinya adalah orang-orang yang merugi, karena sesungguhnya orang-orang yang hatinya kotor tidak akan pernah dapat mengenal Tuhannya.

    2. Kewajiban Mengingat Allah
    Kewajiban yang kedua adalah mengingat Allah, sebab mustahil kita dapat mengingat Allah kalau kita belum mengenal-Nya dan mustahil kita dapat mengenal-Nya kalau kita belum pernah berjumpa. Dan mustahil kita dapat berjumpa dengan Allah tanpa terlebih dahulu menyertakan diri dan belajar kepada orang yang telah dapat beserta Allah. Itulah sebabnya Nabi memerinthakan kepada kita agar menyertakan diri kepada orang yang telah serta Allah sebagaimana sabda Nabi:
    كُنْ مَعَ اللهُ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ مَعَ اللهِ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ اِلَى اللهِ
    “Sertakanlah kepada Allah, apabila kamu tidak dapat beserta Allah maka sertakanlah dirimu kepada orang yang telah serta Allah, maka ia akan mengenalkan kamu kepada Allah”.
    Berdasarkan Hadis di atas, maka kewajiban pertama bagi manusia adalah mencari guru (wasilah) agar ia dapat memperoleh pengenalan kepada Tuhannya. Setelah manusia itu dapat mengenal Allah maka kewajiban kedua baginya adalah mengingat Tuhan-Nya.

    3. Kewajiban Mengerjakan Shalat
    Shalat merupakan tiang agama yang dilaksanakan apabila kita telah melaksanakan kewajiban pertama dan kedua, sebab tujuan shalat adalah untuk mengingat-Nya sebagaimana firman Allah:

    اِنَّنِى أَنَااللهُ لاَإِلَهَ اِلاَّ أَنَا فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلَوةَ لَذِكْرِى
    “Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. 20 Thaha: 14)

    Firman Allah di atas senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14 dan 15 yang telah diuraikan sebelumnya. Untuk mengetahui secara jelas persamaan makna yang terdapat pada kedua ayat tersebut penulis akan menguraikan kalimat perkalimat pada surat Thaha ayat 14 serta membandingkannya dengan surat Al-A’la ayat 14.
    A.   Pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Bila kita menganalisis firman Allah tersebut maka dapatlah kita ketahui bahwa sesungguhnya Allah itu ingin dikenal.
    Firman Allah pada surat Thaha tersebut senada dengan firman Allah pada surat Al-A’la ayat 14: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya”. Makna beruntung pada ayat ini adalah bahwa keuntungan yang diperoleh oleh orang-orang yang mensucikan hatinya adalah dapat mengenal Allah. Bahkan  bila kita analisis lebih jauh selain memiliki persamaan makna, kedua ayat tersebut juga memiliki kaitan di mana ayat yang satu berfungsi sebagai penjelas bagi yang lain.
    Pada surah Thaha Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. Ayat tersebut mengintruksikan kepada manusia kewajiban untuk mengenal Allah.
    Pada surah al-A’la ayat 14 Allah berfirman: “Beruntunglah orang-orang yang mensucikan hatinya”. Pada ayat ini Allah memuji orang-orang yang mensucikan hatinya, sebab hanya orang-orang yang mensucikan hatinyalah yang dapat mengenal Allah dan merekalah yang dinyatakan Allah sebagai orang-orang yang beruntung.
    Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 keduanya mengindikasikan bahwa kewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu mensucikan hatinya agar ia dapat mengenal Tuhannya.

    B.  Pada bagian tengah surat Thaha Allah berfirman: “Tiada Tuhan selain Aku”. Bila kita analisis firman Allah di atas, maka dapat kita ketahui bahwa maksud yang terkandung di dalamnya adalah perintah untuk mengingat-Nya, sebab kalimat  “Tiada Tuhan selain Allah”, bermakna tidak ada yang boleh diingat selain Allah. Firman Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Dan mengingat Tuhannya”. Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa kewajiban yang kedua bagi manusia adalah mengingat Tuhannya.

    C.  Pada bagian akhir surat Thaha Allah berfirman: “Sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Bila kita analisis pada ayat di atas bahwa printah sembah datang setelah terlebih dahulu Allah memerintahkan untuk mengenal dan mengingatnya. Perintah sembah tersebut diwujudkan dengan mendirikan shalat yang tujuannya adalah untuk mengingat-Nya. Firman Allah tersebut senada dengan firman Allah pada surat al-A’la ayat 15: “Maka dirikanlah shlalat”. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kedua ayat tersebut sama-sama mengindikasikan bahwa shalat merupakan kewajiban ketiga.
    Dari penjelasan di atas dapatlah kita ketahui mengapa para sufi menaruh perhatian besar terhadap hati (qalb) dan menempatkan shalat sebagai kewajiban ketiga. Karena sesungguhnya perintah shalat itu diterima setelah terlebih dahulu Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad sebelum ia menghadap Allah. Sebab Allah itu tidak dapat dilihat oleh mata kepala Nabi Muhammad tetapi hanya dapat dilihat oleh mata hati Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu sebelum Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Allah, terlebih dahulu Jibril mensucikan hatinya, agar nur yang ada di dalam mata hatinya itu dapat memancar, sebab dengan nur itulah Nabi Muhammad SAW dapat menyaksikan Allah. Itulah sebabnya di dalam surah al-Isra’ ayat 1 Allah menggunakan kalimat Maha Suci, sebab Allah itu Maha Suci dan hanya dapat dilihat oleh hamba-hamba-Nya apabila mereka telah mensucikan hati mereka.
    Adapun makna Jibril mensucikan hati Nabi Muhammad SAW menurut Syekh Muda Ahmad Arifin pada hakikatnya adalah sesungguhnya Malaikat Jibril menyampaikan pengenalan kepada Allah dalam istilah ilmu tarekat lazim disebut dengan bai’at. Praktik bai’at yang diterima oleh Nabi dari gurunya Malaikat Jibril diteruskan kepada Ali ibn Abi Thalib dan praktik seperti ini terus berlanjut dari guru ke murid dalam rangkaian silsilah hingga saat ini. Praktik bai’at yang diterapkan di kalangan ahli tarekat sesungguhnya mengacu pada pola yang dilaksanakan oleh Nabi. Jadi berdasarkan tradisi bai’at inilah muncul istilah bahwa “Barangsiapa yang tidak mempunyai syekh maka gurunya adalah setan” sebab Nabi sendiri tidak dapat mengenal Allah tanpa berguru kepada Malaikat Jibril, apalagi kita sebagai manusia biasa yang hina dan dhaif yang tidak mempunyai kedudukan apa-apa di sisi Allah maka mustahil dapat mengenal Allah tanpa guru. Oleh sebab itu Nabi bersabda:

    اَلْعِلْمُ عِلْمَانِ فَعِلْمُ بَطِنِ فِى قَلْبِى فَذَالِكَ هُوَ نَفِعِى
    “ilmu itu ada dua macam, adapun ilmu batin yang di dalam hati itu jauh lebih bermanfaat”.

    Dari penjelasan Hadis di atas dapatlah kita ketahui bahwa tidak hanya para sufi yang menaruh perhatian besar terhadap hati, bahkan Nabi sendiri lewat Hadisnya secara tegas menyatakan keutamaan ilmu hatilah manusia dapat mengenal Allah.
    Menurut Syekh Ahmad Arifin kekeliruan umat Islam saat ini adalah tidak mau mempelajari ilmu hati dan lebih mengutamakan ilmu syari’at. Oleh sebab itu menurutnya mayoritas umat Islam saat ini tidak mengenal yang mereka sembah dan sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata sebagaimana firman Allah:

    فَوَيْلٌ لِلْقَسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِنْ ذِكْرِاللهِ أُلَئِكَ فِى ضَلَلٍ مُّبِيْنٍ
    “Maka celakalah bagi orang yang hatinya tidak dapat mengingat Allah, mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S. 39 az-Zumar: 22)

    Demikianlah celaan Allah terhadap orang-orang yang tidak dapat mengingat-Nya, yang kesemuanya itu disebabkan karena mereka tidak mempelajari soal hati. Namun kebanyakan umat Islam saat ini tidak tahu kalau mereka itu tidak tahu. Mereka menganggap bahwa amal ibadah mereka dapat diterima oleh Allah SWT, karena merasa bahwa tauhid mereka telah sempurna, padahal sesungguhnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya orang-orang yang bertauhid si sisi Allah adalah orang-orang yang telah mempelajari ilmu hati. Sebab hanya dengan mempelajari ilmu hatilah kita baru dapat mengenal Allah.
    Jadi sesungguhnya orang-orang yang tidak mempelajari ilmu hati adalah orang-orang yang bertauhid di sisi manusia tetapi sesungguhnya kafir di sisi Allah, sebab tauhid mereka hanya di lidah, namun hatinya tidak pernah menyaksikan Allah. Mereka menganggap bahwa dengan mengucap dua kalimah syahadat dan percaya dalam hati berarti telah Islam dan beriman di sisi Allah. Padahal keislaman dan keimanan mereka itu barulah sebatas percaya kepada Allah. Oleh sebab itu orang-orang yang mengabaikan atau tidak mempelajari ilmu hati (ilmu tarekat) sesungguhnya adalah orang-orang yang mengabaikan tauhid.

    Dari uraian di atas dapatlah kita ketahui betapa pentingnya mempelajari ilmu hati (ilmu tarekat). Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu tauhid yang sesungguhnya adalah dengan mempelajari ilmu hati (ilmu tarekat).

    RAHASIA MAKRIFAT : MAKRIFAT TAUHIDUL IMAN


    Makrifat adalah nikmat yang teramat besar, bahkan kenikmatan syurga tiada sebanding dengan nikmat menatap wajah Allah secara langsung. Itulah puncak dari segala puncak kenikmatan dan kebahagiaan.

    Rasulullah SAW  sendiri menjanjikan hal ini dan baginda pernah menyebut bahawa umatnya dapat melihat Allah SWT di saat fana  maupun jaga (sadar). KezahiraNya sangat nampak pada hamba. Hadis qudsi Al insanu syirri wa ana syirrohu (Adapun insan itu Rahasiaku Dan Aku pun Rahasianya).

    Firman Allah: "Kuciptakan Adam dan anak cucunya seperti rupaku (Khalakal insanu ala surati Rahman). Kesimpulannya insan itu terdiri daripada tiga unsur, iaitu Jasad, Ruh/Nyawa dan Allah. Maka dengan itu hiduplah hamba".

    Adapun Jasad, Nyawa, dan Allah taala, bagaikan sesuatu  yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Umpama  langit, bumi, dan makhluk yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Bagaimanapun pandangan insan terhadap Tuhannya adalah berbeza-beza, mengikut tahap pencapaian ilmu masing-masing.
    Pada pandangan pertamanya, Allah Taala itu satu, dan hamba menyembahNya bersama-sama dan beramai-ramai, tetapi sebenarnya  (hakikatnya) bukan begitu. Itu hanya sangkaan umum saja.  Dari segi makrifat  Allah SWT  itu Esa pada wujud hamba. 
    Firman Allah SWT: 

    "Aku lebih dekat dari urat lehernya"(QS  Al Qaf 50:16)..
    "Dalam diri kamu mengapa tidak kamu perhatikan"(QS Az Zariyat 51 :21).

    Masing-masing  hamba sudah mutkak (esa dengan Tuhannya), satu persatu (esa) diberi sesembahan (Allah di dalam diri), kenapa berpaling mencari Tuhan yang jauh, ini sungguh melampaui batas (tidak makrifat). 
    Friman Allah SWT:

    "Aku beserta hambaku di mana saja dia berada"(QS Al Hadid 57:4).

    Oleh itu,  janganlah risau dan takut Allah sentiasa bersama kita ke mana sahaja kita pergi. Sekarang, mari kita lihat pula bagaimana Nabi Musa melihat Tuhannya, seperti yang diceritakan di dalam Al-Quran. Allah SWT. berfirman mengisahkan permintaan Musa untuk melihatNya 

    "Dan tatkala Nabi Musa datang pada waktu yang kami telah tentukan itu, dan Tuhannya berkata-kata dengannya,  maka Nabi Musa (merayu dengan) berkata:” Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku (Dzat-Mu Yang Maha Suci) supaya aku dapat melihat-Mu.”  Allah berfirman: ”Kamu sekali-kali tidak dapat  melihat-Ku"(QS Al A’raaf 7:143).

    (Rahasianya:  tidak ada siapa pun yang dapat melihat Allah,  hanya Allah dapat melihat Allah.  Hamba terdinding daripada Allah,  kerana selain wujud Allah, masih ada Rasa wujud Hamba). 
    Tetapi pandanglah ke gunung itu, (Pada ketika Nabi Musa memandang gunung itu,  begitu juga Allah Taala berpisah sementara daripada jiwa Nabi Musa, maka Nabi Musa pingsan,  bukannya mendengar akan letusan gunung tersebut), jika ia tetap berada di tempatnya (sebagaimana sediakala) nescaya kamu dapat melihat-Ku.
    (”Engkau adalah aku, aku adalah engkau “, apa yang disaksikan Nabi Musa adalah menyaksikan dirinya di luar dirinya untuk sementara waktu, setelah Allah bertajalli  (menzahirkan kebesaran-Nya) kepada gunung itu, (maka)  tajalinya itu  menjadikan gunung itu hancur lebur dan Nabi Musa pun jatuh pingsan.) Setelah Nabi Musa  sedar, dan berkata: ” Maha Suci Engkau (wahai Tuhanku), aku bertaubat kepada Engkau dan akulah orang yang pertama beriman (pada zamanku)”. 
    Demikian sedikit paparan tentang Nabi Musa melihat Tuhannya. Dan jelaslah Allah dapat dilihat tetapi bukannya dengan mata kasar, yang dilihat dengan mata kasar itu adalah hijab, oleh itu jangan tersalah, hati-hati, kalau tersalah boleh  menjadi syirik dan kufur. Maha Suci Allah Yang Maha Berkuasa, tiada daya sekalian makhluk melainkan Allah.

    RAHASIA MAKRIFAT ADALAH RAHASIANYA MENGENAL ZAT ALLAH DAN ZAT RASULULLAH.
    Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat dimulakan:
    1. Makrifat diri yang zahir.
    2. Makrifat diri yang bathin.
    3. Makrifat Tuhan.

    APA GUNA MAKRIFAT? 
    Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT ialah mengenal yang Qadim dan mengenal yang baharu sebagaimana kata: 

    "AWALUDDIN MAKRIFATULLAH" Ertinya: Awal ugama mengenal Allah. Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal yang Qadim dan yang baharu,maka dapatlah membezakan diantara Tuhan dengan hamba.

    BAITULLAH KALBU MUKMININ
    Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga yang sedang menguntum,tidak ada seekor ulat atau kumbang yang dapat menjelajahnya! apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu ibaratkan bunga yang sedang mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu. Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih.
    Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan baik, sekiranya tutup itu tidak terjaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya.

    PEPERANGAN
    Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan ialah "Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku ini, aku akan terus berperang. Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk merusakkan anak Adam, Sekiranya aku tidak bersenjata (zikir), niscaya aku pasti kecundang. Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir,  6,666 sehari semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia kecundang.

    ASAL USUL MAKRIFAT
    Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah. Saidina Ali Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri. Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi. Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT. Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber iaitu:
    1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan Makrifat Musyahadah. 
    2. Pancaran daripada sumber KHALUAT yang dinamakan Makrifat Insaniah.
    3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
    4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.

    Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang sulit.

    API MA'RIFATULLAH
    Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” saya awali.
    Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).
    Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
    Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur.
    Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ ALLAH ”.

    Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
    Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu bagi kita…?
    Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
    “ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “
    Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
    Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”.
    Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
    Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.
    ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya.
    • Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
    • Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
    Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
    • Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.

    Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat, misalnya :
    Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
    Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga.
    Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :
    Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
    Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
    Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
    Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.
    Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
    Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).

    Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
    Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf.
    Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
    Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
    Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.
    Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
    Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid  adalagi satu huruf Alif.
    Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
    Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
    LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
    Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
    La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).

    Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.
    KENALI JASAD, JIWA, RUH DAN HATI ANDA

    KENALI JASAD, JIWA, RUH DAN HATI ANDA


    Pada umumnya orang hanya mengetahui manusia itu hanya terdiri dari jasad dan ruh. Mereka tidak memahami sesungguhnya manusia terdiri dari tiga unsur , iaitu:
    Jasad, Jiwa dan Ruh.
    Ini dapat dibuktikan dalam firman Allah Taala surah Shaad (38:71-73) yang bermaksud:
    Ingatlah ketika Tuhan MU berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya, maka Ku tiupkan kepadanya Ruh Ku. Maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu bersujud semuannya.
    Pada ayat yang lain pula, Allah menjelaskan tentang penciptaan jiwa (nafs). Surah Asy Syams (91:7-10) . Firmanya yang bermaksud:
    Dan demi nafs (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah ilhamkan kepada nafs itu jalan ketaqwaaan dan kefasikannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya dan sesungguhnnya rugilah orang yang mengotorinya.
    Selain itu, Allah juga berfirman dalam Al Quran tentang proses kejadian jasad (jisim). Surah Al Mukminun (23:12-14):
    Dan sesungguhnya Kami telah menciptkan manusia dari saripati dari tanah, Kemudian jadilahlah saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-tulang, lalu tulang-tulang ini Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka maha suci Allah. Pencipta yang paling baik.
    Jasad
    Jasad atau jisim adalah angggota tubuh manusia terdiri dari mata, mulut, telinga, tangan, kaki dan lain-lain. Ia dijadikan dari tanah liat yang termasuk dalam derejat paling rendah. Keadaannya dan sifatnya dapat mecium, meraba, melihat. Dari jasad ini timbullah kecenderungan dan keinginan yang disebut Syahwat. Ini dijelaskan dalam Al Quran Surat Ali Imran, yang bermaksud:
    Dijadikan indah pada pandangan manusia , merasa kecintaan apa-apa yang dingininya (syahwat) iaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang bertimbun dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatan ternakan dan sawah ladang, Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat sebaik-baik kembali.

    Jiwa (Nafs)
    Kebanyakan orang mengaitkannya dengan diri manusia atau jiwa. Padahal ianya berkaitan dengan derejat atau kedudukan manusia yang paling rendah dan yang paling tinggi. Jiwa ini memiliki dua jalan iaitu:
    1. Menuju hawa nafsu (nafs sebagai hawa nafsu)
    2. Menuju hakikat manusia (nafs sebagai diri manusia)
    Hawa nafsu. Hawa nafsu lebih cenderung kepada sifat-sifat tercela, yang menyesatkan dan menjauhkan dari Allah. Sebagaimana Allah Taala berfirman surah (Shaad :26) yang bermaksud:
    ..... dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah
    Kaitan hati dan hawa nafsu.
    Hati memainkan peranan yang sangat penting dalam diri manusia ia menjadi sasaran utama kepada Syaitan. Syaitan sedaya upaya menutupi hati manusia dari menerima Nur llahi. Sebagaimana sabda Rasulullah yang bermaksud:
    Jikalau tidak kerana syaitan-syaitan itu menutupi hati anak Adam, pasti mereka boleh milihat kerajaan langit Allah
    Cara syaitan menutupi hati manusia itu dengan cara –cara tertentu iaitu dengan menghidupkan hawa nafsu tercela dan yang membawa ke arah maksiat. Semuanya sudah tersedia berada adalam diri manusia, ianya dikenali dengan nafsu ammarah bissu, nafsu sawiyah dan nafsu lawammah..
    Para ahli tasawwuf mengatakan bahawa syaitan (anak iblis) memasuki hati manusia melalui sembilan lubang anggota manusia iaitu dua lubang mata, dua lubang hidung, kedua lubang kemaluan dan lubang mulut. Buta manusia bukan buta biji matanya tetapi buta hatinya sebagaimana bukti yang dijelaskan dalam Firman Allah dalam surah (Al Hajj :46) bermaksud:
    Kerana sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta ialah hati di dalam dada.
    Mereka juga mengatakan yang membutakan hati ialah kejahilan atau tidak memahami tentang hakikat perintah Allah SWT. Kejahilan yang tidak segera diubati akan menjadi semakin bertimbun. Allah SWT berfirman dalam surah (Al Baqarah:2-9) yang bermaksud:
    Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka yang menipu diri sendiri, sedangkan mereka tidak menyedarinya.
    Demikian bahayanya penyakit hati yang dihembuskan syaitan melalui hawa nafsu manusia. Sehingga Rasulullah pernah berpesan setelah kembali dari perang Badar. Beliau bersabda :
    Musuhmu yangterbesar adalah nafsymu yang berada di antara kedua lambungmu (Riwayat Al-Baihaki)
    Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang untuk dirinya dan hawa nafsunya.(Riwayat Abnu An-Najari)
    Diri Manusia
    Nafs atau jiwa sebagai diri manusia adalah suatu yang paling berharga kerana ia berkaitan dengan nilai hidup manusia dan nafs yang diberi rahmat dan redha oleh Allah. Sebagaimana firmannya dalam surah (Al-Fajr : 27-30 ) yang bermaksud:
    Hai jiwa yang tenang (Nafsu Mutmainnah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diredhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, masuklah ke dalam syurgaKu.
    Dan lagi dalam surah (Yusuf: 53) yang bermaksud:
    Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan, kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh ke arah kejahatan, kecuali nafsu yang beri rahmat oleh Tuhanku.
    Berkaitan dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:
    Barang siapa yang mengenal dirinya , maka ia mengenal Tuhannya.
    Hadis ini menyatakan syarat untuk mengenal Allah adalah mengenal diri. Diri atau nafs di sini adalah nafs mutmainnah iaitu nafsu yang tidak terpengaruh oleh goncangan hawa nafsu dan syahwat.
    Setiap manusia mempunyai nafs yang berbeza. Ada nafs yang menuju jalan cahaya ada nafs yang menuju jalan kegelapan.
    Bagi nafs yang menuju kegelapan atau nafs tercela yang tidak sempurna ketenangannya terutama ketika lupa kepada Allah disebut nafsu lawammah. Firman Allah Taala dalam surah
    (Al Qiyammah:2) yang bermaksud:
    Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat tercela (nafsu lawammah)
    Nafsu ini hanya dapat dikenali dan disaksikan dengan kemampuan tertentu manusia iaitu dengan pancaran batin. Sebagaimana firman Allah dalam surah (Al-Araaf:26) yang bermaksud:
    Pakaian taqwa yang menjaga mu dari kejahatan itu adalah yang paling baik.
    Ruh
    Ruh mempunyai dua arah pengertian iaitu :
    a. Sebagai nyawa
    b. Sebagai suatu yang halus dari menusia (pemberi cahaya kepada jiwa)
    Ruh sebagai nyawa kepada jasad atau tubuh . Ia ibarat sebuah lampu yang menerangi ruang. Ruh adalah lampu, ruang adalah sebagai tubuh. Jika lampu menyala maka ruangan menajdi terang. Jadi tubuh kita ini boleh hidup kerana ada ruh (nyawa)
    Manakala dalam pengertian yang kedua, Ruh sebagai sesuatu yang merasa, mengerti dan mengetahui. Hal ini sangat berhubung dengan hati yang halus atau hati ruhaniyyah yang disebut sebagai Latifah Rabaniyyah (hati erti kedua)
    Dalam Al-Quran kata ruh disebut dengan sebutan Ruhul Amin, Ruhul Awwal dan Ruhul Qudsiyah.
    Ruhul Amin yang bermaksud adalah malaikat Jibrail. Firman Allah dalam surah (Asy-Syu’ araa:192-193) yang bermaksud:
    Dan sesungguhnya Al- Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa oleh Ar Ruh Al –Amin (Jibrail)
    Ruhul Awwal yang bermaksud nyawa atau sukma bagi tubuh manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surah (As-Sajdah:9) yang bermaksud:
    Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuhnya ruh Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati , tetapi kamu sedikit sekali bersyukur
    Ruh Qudsiyah yang bermaksud ruh yang datang dari Allah (bukan Jibrail), tetapi yang menjdi penunjuk dan pengkhabar gembira bagi orang-orang beriman. Ini adalah ruh yang disucikan dihadirat Allah. Ia bercahaya apabila nafsu mutmainnah telah sempurna.
    Hati
    Hati merupakan raja bagi seluruh diri manusia dan tubuh. Perilaku dan perangai seseorang merupakan cerminan hatinya. Dari hati inilah pintu dan jalan yang dapat menghubungkan manusia dengan Allah. Dengan demikian untuk mengenal diri harus dimulai dengan mengenal hati sendiri.
    Hati mempunyai dua pengertian:
    1. Hati jasmani iaitu sepotong daging yang terl;etak di dada sebelsah kiri, hati jenis ini haiwan pun memilinya.
    2. Hati Ruhaniyyah iaitu sesuatu yang halus. Hati yang merasa, mengerti, mengetahui, dierpinta dituntut. Dinalai juga dengan Latifah Rabaniyyah.
    Hati Ruhaniyyah inilah merupakan tempat iman dan tempat mengenal diri . Sebagaimana firma Allah dalam surah (Ar-Ra’d:28) yang bermaksud:
    Iaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tanang dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang.
    Hadis qudsi yang bermaksud:
    Tidak akan cukup menaggung untuk Ku bumi dan langitKU tetapi cukup bagiKu hanyalah hati (qalb) hambaKu yang nukamin (Riwayat Ad Darimi)
    Nafsu Mutmainnah
    Bila hati manusia jauh dari goncangan yang disebabkan bisikan syaitan, hawa nafsu dan syahwat , maka ia disebut nafs Mutmainnah, Apabila ia tunduk dan redha kepada Allah sepenuhnya, maka ia disebut nafs mardhiyyah (nafs yang redha)
    Namun jika manusia membiarkan hatinya berada dalam pengaruh hawa nafsu dan syahwat, maka ia akan menjadi orang yang tersesat, lama kelamaan tergelicir dan dimurkai Allah, Sebagaimana Firman Allah dalam surah (Jaastsiyah:23) yang bermaksud:
    Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu Nya dan Allah telah mengunci mata pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil iktibarnya.
    Ingat hawa nafsu dan syahwat bukan dibunuh atau dihilangkan, tetapi dikawal oleh nafsu mutmainnah. Di mana ada saatnya hawa nafsu ini perlu dikeluarkan. Sebagaimana firma Allah dalam surah (An Nazi’at:40-41) yang bermaksud:
    Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan manahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.
    Nah, jika hati kita telah diselubungi oleh nafsu mutmainnah, maka nafsu mutmainnah inmi menajdfi imam (penunjuk) bagi selruh tubuh dan dirinya, sseeunggunya nafsu mutmainnah inilah disebit-sebut sebagai jati diri manusia (hakikat dari manusia). Allah berfirma dalam surah (Al Araaf:172) yang bermaksud:
    Dan Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman : ”Bukakankan Aku ini Tuhanmu”, mereka menjawab :”Bahkan engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi”. Kami lakukan demikaian agar di hari akhirat kelak kamu tidak mengatakan: sesunggunya kami adalah oran-orang lalai terhadap keesaaaan Mu.
    Jika hati yang sakit, maka lupa terhadap perjanjian kita dengan Allah yang pernah diucapkan seperti dalam surah Al Araaf ayat 172 di atas.
    Tapi di antara sekian banyak manusia, ada yang yang berjaya menyihatkan kembali jiwanya (nafsu mutmainnah). Apabila jiwa kita telah hidup, bercahaya, sihat kembali, maka jiwa ini akan dapat melihat kerajaan langit Allah. Dalam hal ini bila Ruhul Qudsiyah telah menyala dan bersinar , maka jadilah hatinya rumah Allah , orang-orang yang berjaya ini disebut Ahli Al- Bait. Sebagiamana firman Allah dalam surah (Ali Imran:164) yang bermaksud:
    Sesunggunya Allah telah memeberi kurnia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihakan jiwa mereka dan mengajarakan mereka al kitab dan al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum itu, mereka adalagh benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
    Lagi, sabda Rasulullah yang bermaksud:
    Hati oarmg-orang beriman adalah Baitullah (Rumah Allah)
    Jadi, Ruhul qudsiyah adalah kenyataan Allah dalam diri manusia. Allah Taala adalah sumber cahaya langit dan bumi dan ruhul qudsiyah adalah sunber cahaya yang ada dalam hati yang digambarkan sebagai pelita, Sebagaimana firmanNya dalam surah (An Nuur:35) yang bermaksud:
    ...Allah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya adalah seperti sebuah lubang yang tak tertimbus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita ini di dalam kaca dan kaca ini seakan-akan bintang yang memantulkan cahaya seperti mutiara.